Kamis, 13 Desember 2018

PENYELARASAN ANTARA PERENCANAAN BISNIS DENGAN PERENCANAAN SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI




PENYELARASAN ANTARA PERENCANAAN BISNIS DENGAN PERENCANAAN SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI


Nama Kelompok :

1.     Puri Risma                  (51415046)
2.     Sari Widya                  (51415055)
3.     Septian Lianto            (51415056)
ü  PENDAHULUAN
Perusahaan membutuhkan perencanaan strategik sistem teknologi informasi karena perusahaan menggunakan sistem tersebut untuk mengimplementasikan strategi bisnis untuk memenangkan suatu persaingan dengan lawan bisnis. Sistem teknologi informasi digunakan untuk mengimplementasikan strategi perusahaan, maka sistem – sistem teknologi informasi yang dibangun harus dapat mencapai tujuan dari perusahaan yang sudah ditentukan dari perencanaan strategik bisnis. Perencanaan strategik sistem teknologi informasi harus dilakukan selaras dengan perencanaan strategik bisnis untuk membuat sitem – sistem teknologi informasi yang dibangun mengenai sasaran – sasarannya.
ü  PEMBAHASAN
·       PENYELARASAN
Penyelarasan adalah penerapan sistem teknologi informasi di waktu dan cara yang tepat dan harmoni dengan strategi – strategi, tujuan – tujuan dan kebutuhan – kebutuhan bisnis. Cara dan urutan dalam melakukan penyelarasan yaitu perencanaan strategik sistem teknologi informasi mengikuti perencanaan strategi bisnis atau sebaliknya yaitu perencanaan strategi bisnis yang mengikuti perencanaan strategi sistem teknologi bisnis.
·       PENTINGNYA KESELARASAN
Untuk dapat mencapai sasarannya yaitu mencapai tujuan perusahaan, maka perencanaan strategik sistem teknologi informasi (PSSTI) harus diselaraskan dengan perencanaan strategik bisnis (PSB). Menurut Chan dan Huff (1993) bahwa keselarasan antara perencanaan staregik sistem teknologi informasi (PSSSTI) dg perencanaan strategik bisnis (PSB) scr konsisten berhubungan dg efektivitas sistem teknologi informasi.

·       MODEL KESELARASAN
Model keselarasan antara sistem teknologi informasi dengan strategi bisnis yang populer adalah yang diusulkan oleh Henderson dan Venkatraman (1999). Model keselarasan strategi mereka berbasis pada dua asumsi dasar yaitu, sebagai berikut :
1.     Kinerja ekonomis perusahaan secara langsung berhubungan dengan kemampuan manajemen untuk menciptakan suatu kecocokan strategik (strategic fit) antara posisi organisasi di arena produk-produk.
2.     Kecocokan strategik (strategic fit) adalah proses yang dinamik. Dengan asumsi ini berarti keselarasan strategik (strategic alignment) adalah bukan suatu peristiwa (event) sesaat, namun lebih ke suatu proses perubahan dan adaptasi yang berkelanjutan. 

·       PROSES KESELARASAN
Menurut Henderson dan Venkatraman (1999) menawarkan empat macam perspektif proses keselarasan lintas domain, yaitu
1.     Eksekusi strategi (strategy execution)
Dimana proses ini dimulai dari kenyataan bahwa strategi bisnis telah ditetapkan terlebih dahulu dan menjadi pemicu untuk menentukan infrastruktur dan proses – proses di organisasi supaya strategi dapat tercapai.
2.     Transformasi teknologi (technology transformation)
Proses ini dimulai dari kenyataan bahwa strategi bisnis telah ditetapkan terlebih dahulu dan menjadi pemicu untuk menentukan strategi sistem teknologi informasi.
3.     Potensial kompetitif (competitive potential)
Proses ini dimulai dari kenyataan bahwa sistem teknologi informasi adalah pemampu (enabler) untuk dapat menenangkan persaingan.
4.     Level pelayanan (service level)
Proses ini dimulai dari kenyataan bahwa sistem teknologi informasi adalah pemampu (enabler) untuk dapat menenangkan persaingan dan perusahaan berkeinginan untuk membangun organisasi pelayanan berbasis sistem teknologi informasi terbaik di dunia.

·       JALUR EVOLUSI KESELARASAN
Dalam penelitian Teo dan King (1997) menyelediki apakah tipe integrasi bersifat tetap atau berevolusi. Sebanyak 37 perusahaan dari 157 sampel perusahaan tidak pernah berpindah tipe integrasi. Dari 37 perusahaan yang tetap berada ditipe integrasi yang sama, diantaranya 17 perusahaan (10,8% dari seluruh sampel) pada tipe integrasi administratif, 10 perusahaan (6,4%) pada tipe integrasi urut satu-arah, 6 perusahaan (3,8%) pada tipe integrasi bolak-balik dua-arah, dan 4 perusahaan (2,5%) pada tipe integrasi penuh. Dari hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa sebanyak 91 perusahaan mengalami evolusi perpindahan tipe integrasi urut dengan tahapan tidak melompati tipe integrasi lainnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar